PARIGI MOUTONG – Kurang lebih empat tahun lamanya mesin pengolah sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di Desa Jononunu Kecamatan Parigi Tengah, kini kondisinya makin memprihatinkan. Mesin ini tidak beroperasi lagi dan diduga sudah rusak. Akibatnya, sampah yang diangkut dari beberapa titik diwilayah Parigi, tak lagi diolah sehingga berpotensi mengancam kesehatan warga disekitarnya.
Kepala Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Kapisatas BPLH Parigi Moutong, Wiliam Dondi kepada Songulara saat ditemui diruang kerjanya, Senin 29 Agustus 2016.
William mengatakan, mesin pengolah sampah sebanyak puluhan unit itu memang tidak beroperasi dan kemungkinan besar sudah rusak. Mesin pengolah sampah itu dibiarkan begitu saja, karena menurut William, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) tidak memiliki biaya perbaikannya.
“Saya tidak tahu persis itu mesin diadakan tahun berapa karena saya disini masih baru. Mesin merek cina dan sudah rusak semua serta bangunannya juga tidak sesuai. Sudah ditinjau dengan Pak Kaban beberapa waktu lalu,” ujar William
Menurutnya, penyediaan alat dan operasional mesin itu berada ditangan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Parigi Moutong.
“Kami sudah disampaikan agar mereka (Dinas PU) bisa perbaiki untuk kelanjutan operasionalnya. Kami sudah survey dan memang tidak beroperasi,” katanya.
William mengungkapkan, saat ini belum ada langkah kongkrit dari BPLH untuk mengatasi mesin itu. Apalagi ada wacana BPLH akan digabungkan dengan bagian kebersihan. Sehingga, urusan persampahan tidak lagi ditangani Dinas PU maupun BPLH.
Soal perbaikan mesin pengolah sampah itu kata dia, baru akan diupayakan dianggarkan di tahun 2017. Namun, BPLH akan mengkoordinasikan hal itu dengan Dinas PU.
Sementara, PPK anggaran pengolahan sampah pada Dinas PU Parigi Moutong, Vadlon yang ditemui terpisah, mengakui, pengolahan sampah di TPAS Desa Jononunu belum tertangani dengan baik. Seperti pemisahan sampah organik dan non organik serta mesin pengolahan yang susah lama tidak digunakan.
Soal pengelolaannya, Vadlon mengakui, Dinas PU ikut terlibat. Misalnya fasilitas berupa mobil dan bak sampah disediakan Dinas PU.
“Kita sebatas mengangkut tidak terhadap mesin-mesin yang ada. Bukan kita punya tanggungjwab itu, kalau beli solar pengangkutan dari TPS ke TPA kita punya gawean,” ujar Vadlon.
Dia mengaku tidak mengetahui secara pasti dari mana mesin pengolahan sampah itu dan tahun pengadaanya. Hanya saja, berdasarkan informasi yang diterimanya, mesin itu merupakan bantuan.
“Kalau tidak salah itu bantuan. Bukan Dinas PU Parigi Moutong punya. Kalau mobil itu PU punya yang diserahkan Satker PLP Provinsi, tetapi untuk mesin itu ke BPLH. Nanti kita koordinasi karena saya tidak tau dari mana asalnya. Satker PLP Provinsi sudah koordinasi dengan BPLH tetapi, saya belum tahu hasil akhirnya, kita fokus di pengangkutan,” tandasnya. Menyangkut pengolahan sampah kata dia, baru akan dibicarakan atau dikoordinasikan dengan BPLH Parigi Moutong termasuk pihak kecamatan. Alasannya, karena tidak punya biaya operasional.
“Kami bisa untuk pengangkutan yang membutuhkan BBM kita memang siapkan. Sebab, armada sampah ada beberapa yang rusak yang beroperasi hanya empat. Untuk dua armada pakai kontener dan dua bak terbuka. Lima unit armada sebenarnya cukup, satu mobil angkut sembilan kontener. Tiga armada saja cukup, hanya saja memang harus ada alat yang digunakan untuk menggusur kemudian meratakan dan memadatkan sampah” jelasnya.
Kepala Desa Jononunu, Saharudin B. Lawasa yang ditemui Songulara dikediamannya, juga mengakui kondisi mesin pengolah sampah tersebut.
Menurut Saharudin, kondisi mesin itu saat ini memang sangat memprihatinkan. Mesin itu kata Saharudin, hanya beroperasi pada tahun 2013.
Ia menyayangkan mesin tersebut tidak lagi beroperasi, karena tujuan keberadaan awal mesin ini untuk memberdayakan warga di Desa Jononunu sebagai peluang terbukanya lapangan pekerjaan. Kenyataanya, tujuan itu tidak terwujud.
Menurut dia, saat ini pembuangan sampah di desanya itu sudah terkesan semrawut. Sebab, sampah organik dan non organik di lokasi TPAS bercampur menjadi satu. Dikhawatirkan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Apalagi, warga di Desa Jononunu masih membuka lahan perkebunan di sekitar TPAS.
“Memang kalau kita amati, cara pembuangan sampah masih sangat semrawut. Sampah bercampur menjadi satu tanpa dipisah, mana organik dan non organik,” ujarnya.
Ia berharap, instansi terkait kembali menata armada pengangkut sampah yang saat ini beroperasi dengan memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya. Hal ini untuk memudahkan warga yang berprofesi sebagai pemulung untuk mendapatkan sampah yang dapat diolah kembali sebagai mata pencarian mereka.
“Ada beberapa warga kami disini yang berprofesi sebagai pemulung, mencari sampah hingga di TPAS sana. Mereka cukup kesulitan untuk memisahkan sampah organik dan non organik itu,” tuturnya. Maroon
selamat siang pabak / ibu buat masalah sampah ini saya mau coba menawarkan mesin sampah yang gakk harus di wilah – wilah lagi barang kali berminat bapak/ ibu