PARIGI MOUTONG – Parigi Moutong kembali mencatatkan namanya dalam rekor Museum Rekor Indonesia (MURI)melalui pesta kuliner membakar Lalampa terbanyak pada puncak acara Festival Pesona Teluk Tomini (FPPT) di Kayubura, Desa Pelawa Baru, Kecamatan Parigi Tengah, Sabtu 22 Oktober 2016.
Rekor MURI melalui bakar Lalampa terbanyak ini adalah kali keempat yang dicetak Parigi Moutong dimasa kepemimpinan Bupati Samsurizal Tombolotutu dan Wakil Bupati Badrun Nggai.
Tiga rekor MURI sebelumnya yang telah dicetak Parigi Moutong adalah menyelam di bawah laut secara tradisional dengan peserta terbanyak. Kemudian berenang secara estafet dengan 9.000 peserta sejauh 420 kilometer dan membaca dengan peserta keaksaraan terbanyak.
Sertifikat MURI membakar Lalampa terbanyak diserahkan Deputi Manager MURI, Aryani Siregar kepada Staf Ahli Mendagri Hamdani yang selanjutnya menyerahkan kepada Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolotutu. Penyerahan sertifikat ini disaksikan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola dan Deputy V Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Haswan Yunas.
Aryani Siregar mengungkapkan, membakar Lalampa terbanyak adalah yang pertama kali dibuat dan ada di Parigi Moutong. Rekor ini kata Aryani, dicatatkan pada MURI dengan peringkat 7663.
“Ini kami kategorikan sebagai rekor dunia,” kata Aryani Siregar.
Informasi yang diperoleh, pembakaran Lalampa ini melibatkan sekitar 2.000 orang peserta yang berasal 278 desa dan 23 kecamatan.
Pembakaran Lalampa ini menggunakan 47 alat pembakar. Setiap alat pembakar berukuran 36 meter. Jika dibuat memanjang akan mencapai 1,6 kilometer. Diketahui, jumlah Lalampa yang dibakar lebih dari 127.350 bungkus atau melebihi target yang ditetapkan MURI.
“Target MURI hanya 127.350 bungkus,” kata Aryani Siregar.
Penanggung jawab kegiatan, Nelson Metubun, menjelaskan, Lalampa yang dibakar berasal dari 283 desa dan kelurahan yang menyediakan 450 bungkus setiap desa dan kelurahan.
Membakar Lalampa ini kata Nelson, menghabiskan sekitar tiga ton arang tempurung dan menghabiskan beras ketan sebanyak tiga ton dan 1,5 ton ikan.
sementara Bupati Parigi Moutong, Samsurizal Tombolotutu mengatakan, Lalampa adalah kuliner khas masyarakat Parigi Moutong yang banyak disediakan di Desa Toboli Kecamatan Parigi Utara.
Menurut Samsurizal. Dengan masuknya Lalampa dalam rekor MURI, maka daerah lain tidak akan mengklaim Lalampa sebagai produk khas daerahnya.
Bupati Samsurizal Jadi Bapak Lalampa
Keberhasilan Kabupaten Parigi Moutong mencetak rekor MURI dengan membakar Lalampa membuat Bupati Samsurizal Tombolotutu dinobatkan menjadi Bapak Lalampa oleh Gubernur Sulteng, Longki Djanggola.
Penobatan itu disampaikan Gubernur Sulteng, Longki Djanggola dalam acara puncak Festival Pesona Teluk Tomini, Sabtu 22 Oktober 2016 di Dusun Kayubura, Desa Pelwa Baru, Kecamatan Parigi Tengah.
“Terkait rekor MURI, saya menobatkan Bupati Parigi Moutong sebagai bapak Lalampa Sulteng,” ujarnya.
Longki Djanggola juga mengapresiasi upaya Pemkab Parigi Moutong untuk mempromosikan potensi wisata di daerah ini agar lebih dikenal, baik didalam maupun luar negeri.
“Saya juga memberikan apresiasi kepada pemerintah dan masyarakat Parigi Moutong yang telah sukses melaksanakan FPTT,” ujarnya.
Menurut Longki, Lalampa Parigi sudah terkenal hingga ke Jakarta. Bahkan menjadi ole-ole yang paling banyak diminati oleh pejabat, pengusaha dari berbagai daerah.
Dia meminta kepada seluruh jajarannya, termasuk para kepala daerah agar terus meningkatkan promosi dan penjualan lokomotif perekonomian Sulteng kedepan. FAIZ/MAROON