PARIGI MOUTONG – Kondisi perumahan PNS yang terletak di Desa Jononunu, Kelurahan Parigi Tengah, hingga kini masih memprihatinkan. Hanya beberapa unit saja yang terlihat sudah difungsikan sebagai hunian. Bahkan, salah satu aset Perusahaan Daerah (Perusda) ini terkesan terbengkalai dan tak terurus. Pembangunan beberapa unit lagi sudah terhenti sejak kepemimpinan Sugendi Samuddin sebagai Direktur operasional Perusda.
Melihat kondisi itu, Ahmad Al Amri selaku Direktur Utama Perusda yang baru, membangun komunikasi dengan salah satu investor kelapa sawit asal Jakarta agar dapat melanjutkan pembangunan rumah PNS tersebut.
Menurut Ahmad Al Amri, investor yang juga berprofesi sebagai developer itu, akan mengambil alih lanjutan pembangunan perumahan PNS itu.
”Developer itu dari Jakarta, namanya Nelson. Saat ini dia juga salah satu Investor kelapa sawit yang ada di Buranga,” kata Ahmad Al Amri kepada Songulara, Selasa (28/2).
Ahmad Al Amri menjelaskan, syarat yang diberikan untuk melanjutkan pembangunan perumahan PNS ini telah disetujui oleh pihak Developer. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pihak Developer yakni, siap menyelesaikan seluruh hutang Perusda atas aset itu yang berada di dua Bank berbeda.
Total hutang yang harus dilunasi sebut Ahmad Al Amri, yaitu Rp 265 juta. Hutang di Bank BTN sekitar Rp 165 juta dan di Bank BPD sekitar Rp 100 juta.
Ia mengungkapkan, hutang di dua Bank tersebut merupakan hutang peninggalan pejabat Perusda yang lama, sehingga hanya pihak ketiga yang bisa melanjutkan pembangunan perumahan itu. Sebab Perusda tidak bisa melanjutkan permbangunannya karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan.
“Keuangan kas Perusda saat ini sangat tidak memungkinkan atau lebih jelasnya tidak ada uang di kas Perusda,” jawab Ahmad Al Amri seraya tertawa.
Ia menambahkan, sebelum memulai lanjutan pembangunan rumah itu, pihak Developer sudah meminta gambar peta dari lokasi perumahan itu ke Perusda.
“Karena peta itu ada di Dinas PU dan belum saya terima, makanya developer itu juga belum action dilokasi. Yang jelas tinggal peta itu yang ditunggu,” ungkapnya. fhara