PARIGI MOUTONG – Menekan angka buta aksara dan angka anak putus sekolah, Bunda Harapan Bangsa Kabupaten Parigi Moutong, Noor Wachida Prihartini Tombolotutu, bakal menyekolahkan anak putus sekolah usia maksimal 22 tahun, tahun 2018 mendatang.
“Program Bunda Harapan Bangsa melalui program lanjut sekolah ini merupakan instruksi Presiden RI Nomor:23 tahun 2016 tentang revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dimana anak putus sekolah berusia 22 tahun kebawah bakal kembali disekolahkan di SMK,” kata Noor Wachida kepada Songulara, belum lama ini.
Dipilihnya SMK kata dia, karena terkait dengan upaya mendorong peningkatan kapasitas serta skill pasca sekolah. Para pendaftar nantinya akan diberikan kesempatan untuk memilih jurusan sesuai yang disukai. Selain batas usia maksimal 22 tahun, yang terpenting anak putus sekolah itu belum menikah.
Adapun pelajaran yang bakal diberikan yakni 75 persen pelajaran keterampilan dan sisanya pendidikan umum. Siswa tidak lagi dituntut untuk belajar pendidikan dasar, melainkan mereka diberikan pendidikan keterampilan dan praktek sepenuhnya.
“Misalnya jurusan mekanik, siswa tersebut akan diberikan praktek mekanik full agar jika lulus sekolah nanti siswa bisa langsung kerja pada bidang perbengkelan yang secara otomatis berdampak positif pada perekonomiannya,” ujarnya.
Program ini sangat membangun kepercayaan diri siswa, sebab mereka bisa langsung bekerja ketika sudah lulus sekolah. Terkait data by name by address (BNBA) anak putus sekolah saat ini sudah masuk ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Parigi Moutong. Pasalnya, programnya baru ada ditahun 2017, maka yang pertama merealisasikan program tersebut adalah pemerintah provinsi. Sedangkan untuk seluruh kabupaten/kota, baru akan memulai programnya pada tahun depan.
“Dari sisi data kami sudah siap, dan saat ini kami tengah melakukan pemetaan dan penyediaan SMK. Dipastikan antusias warga untuk mendaftar sangat besara,” pungkasnya. FHARA