PARIGI MOUTONG – Pembabatan hutan mangrove kembali terjadi. Kali ini, pembabatan hutan mangrove terjadi di Desa Ganda Sari dan Malakosa. Pembabatan Mangrove itu kian meresahkan warga di dua desa tersebut. Pasalnya, pembabatan itu mengakibatkan banyaknya biota laut yang punah.
“Kami berharap Pemerintah Kabupaten yang memiliki kewenangan di bidang tersebut turun dan langsung melihat kerusakan hutan mangrove itu. Kami sangat resah dengan keberadaan hutan yang semakin lama semakin gundul, ditambah lagi biota laut banyak yang punah akibat pembabatan hutan itu,” ujar warga Desa Malakosa, Mustafa kepada sejumlah wartawan saat ditemui di lokasi Mangrove, Selasa (22/8).
Mustafa yang pengawas daerah perlindungan laut Kecamatan Balinggi, mengungkapkan, pembabatan tersebut sudah berlangsung dari beberapa tahun lalu. Ia mengaku sudah melayangkan protes, namun tidak mendapat respon dari pemerintah setempat.
Ia menduga, ada oknum tertentu dibalik aksi pembabatan itu. Apalagi ada kesan, pembabatan itu dibiarkan terjadi.
“Disayankan pihak pemerintah setempat terkesan tidak peduli dengan kerusakan Mangrove,” katanya.
Ia mengaku juga telah mengkonfirmasi aksi pembabatan itu ke pemerintah kabupaten. Namun instansi terkait sepeti Dinas Kelautan dan Perikanan hanya mengaku tidak mengetahui aktifitas pembabatan tersebut.
“Kami sudah mempertanyakan soal izin usaha kepada pemerintah yang berwenang, katanya mereka tidak mengetahui hal itu,” jelasnya.
Sebelumnya Bupati Samsurizal Tombolutu telah melarang penebangan pohon mangrove. Bahkan Bupati meminta kepada masyarakat untuk melestarikan pohon mangrove itu. Mengingat kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan yang hidup diperairan pantai, khusunya di hutan-hutan bakau.
Selain itu bupati juga mengatakan bahwa pohon mangrove memiliki peran penting dalam menyanggah daratan agar terhindar dari abrasi atau hantaman ombak secara langsung terhadap wilayah pesisir.
“Modal utama kita dalam pembudayaan kepiting adalah pohon mangrove, untuk itu pohon mangrove jangan ditebang, karena menjadi pembudidayaan dan penyanggah daratan dari abrasi,” kata Samsurizal dalam sambutannya saat meresmikan pondok pesantren dan peletakan batu pertama RS Baznas di Desa Siniu, beberapa waktu lalu. AKSA