PARIGI MOUTONG – Pasar Sentral Parigi yang direncanakan menjadi jantung ekonomi lokal dan ikon Kota Parigi, kini semakin memprihatinkan. Kondisinya makin semrawut alias tak beraturan. Banyak bangunan lapak yang rusak parah dan mubazir karena tak terpakai. Bahkan, beberapa bangunan, mangkrak karena konstruksinya tidak selesai. Padahal diketahui, mega proyek yang dibangun dimasa Longki Djanggola selaku Bupati Parigi Moutong saat itu, menelan anggaran kurang lebih Rp19 miliar. Anggaran itu bersumber dari pinjaman The World Bank (Bank Dunia) melalui program Urban Sector Development Reform Project (USDRP). Anehnya, banyak bangunan lapak yang mubazir karena tak terpakai, justru Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menambah bangunan baru yang membuat pasar itu terlihat semakin tak beraturan.
Makin tragis, karena Pasar yang dibangun sejak Tahun 2009 ini, terkesan jadi beban APBD karena menyisakan hutang pokok yang sudah dibayar sejak Tahun 2012. Hutang pokok itu dibayar bertahap. Dua kali dalam setahun. Total hutang pokok yang harus dibayar oleh Pemerintah daerah Parigi Moutong mencapai Rp28 milyar hingga Tahun 2026.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Sentral Parigi (APPSP), Iskandar, yang dimintai tanggapannya oleh sejumlah wartawan, Rabu (12/6), merasa prihatin melihat kondisi pasar itu.
“Kita lihat saja kondisinya, banyak bangunan yang dibangun dengan anggaran besar, tapi tidak bisa dimanfaatkan,” kata Iskandar.
Iskandar mengatakan, pasar sentral tidak tertata baik sehingga terlihat tidak menarik. Kondisi itu membuat pasar tersebut sepi pengunjung. Ditambah lagi, saluran pembuangan di lokasi pedagang ikan tidak berfungsi sehingga menimbulkan bau tak sedap serta minim penerangan.
“Jadi, Pasar ini harus ditata kembali agar ada daya tariknya,” harapnya.
Miris, karena menurut Iskandar, kondisi pasar yang memprihatinkan itu membuat pedagang meringis. Betapa tidak, sejak beberapa tahun terakhir, omzet pedagang di Pasar itu sangat minim, karena pengunjung yang datang membeli sangat sepi. Bahkan kondisi yang terlihat, lebih banyak pedagang daripada pembeli.
Mengenai sepinya pembeli khususnya diwilayah selatan pasar, Iskandar mengaku sudah pernah menyampaikan ke Pemerintah daerah, namun belum direspon dengan baik.
Ia mengungkapkan, APPSP pernah menyarankan kepada pemerintah daerah agar dapat mengarahkan Aparat Negeri Sipil (ASN) untuk berbelanja ke Pasar Sentral minimal sehari dalam sebulan. Tujuannya agar Pasar tersebut terlihat ramai pengunjung dan perputaran ekonomi di daerah ini bisa lebih baik.
“Tapi saran kami tidak ditindaklanjuti. Padahal pemerintah ini punya power. Kalau ini bisa terjadi, pendapatan pedagang akan meningkat. Bahkan bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kita dari sektor retribusi maupun parkiran,” ujarnya. *WAN
Comments 1