PARIGI MOUTONG – Cara berpakaian seniman Spanyol yang tergabung dalam grup musik Orkestra de Camara de Siero (Ocas), saat melakukan kunjungan ke SD Inpres 1 Bantaya, Senin (13/8) kemarin, mendapat sorotan dari masyarakat dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Parigi Moutong.
“Cara berpakaian mereka kurang beretika dan sangat tidak pas dengan budaya yang ada di Indonesia khusunya Parigi Moutong, yang mayoritas penduduknya adalah umat muslim. Apalagi yang mereka kunjungi adalah Sekolah Dasar (SD),” ujar Ketua MUI Parigi Moutong Muhammad Qasim Abdul Majid, kepada Songulara, Selasa (14/8).
Sebaiknya kata dia, jika warga asing melakukan kunjungan khususnya di Parigi Moutong, harus menyesuaikan dengan budaya setempat. Sehingga dalam melakukan kunjungan tersebut, banyak hal positif yang didapatkan oleh masyarakat.
Begitupun saat mereka berkunjung di SD, yang didalamnya adalah para generasi penerus bangsa yang masih sangat muda, sebaiknya mereka harus mempertontonkan hal yang positif, seperti cara berpakaian yang tidak mempertontonkan aurat.
Hal itu katanya bisa saja mempengaruhi pikiran para siswa, dan yang paling ditakutkan mereka akan meniru gaya berpakaian, karena usia SD dianggap masih sangat rentan terpengaruh apa yang mereka lihat.
Ia juga menyarankan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Parigi Moutong selaku panitia pelaksanaan Gelar Budaya Indonesiana Sulteng I (Vula Dongga) dirangkaikan dengan program Vincolus for Indonesia 2018, untuk memfilter budaya asing yang akan didatangkan ke Parigi Moutong, yang bisa mempengaruhi watak dan arah pikir generasi anak didik kita.
“Sebaiknya, sebelum melakukan kunjungan pihak panitia memberikan arahan kepada para tamu dari negara lain untuk menggunakan pakaian sesuai dengan budaya yang ada di Parigi Moutong. Sebagai umat beragama, kita sangat menghargai tamu yang masuk, akan tetapi sesuaikanlah budaya dengan budaya daerah yang akan dikunjungi,” ujarnya. Iwan Tj