PARIGI MOUTONG- Tahun 2017, Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Parigi Moutong mencapai 63 kasus.
Jumlah kasus itu berdasarkan rekapitulasi data penanganan dan penyelesaian kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilakukan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Parigi Moutong pada Tahun 2017.
63 kasus itu terdiri dari kasus dewasa sebanyak 41 kasus dan kasus terhadap anak sebanyak 22 kasus.
Tapi data ini masih sampai bulan Agustus 2017,” kata Wakil Sekertaris II P2TP2A Kabupaten Parigi Moutong, Nurdiani Musdin kepada Songulara, Selasa (21/11) .
Nurdiani menjelaskan, kasus kekerasan terhadap anak yang lebih mendominasi yaitu kasus seksual terhadap anak mencapai 15 kasus.Namun tahun ini mengalami penurunan, karena kasus seksual terhadap anak pada tahun 2016 mencapai 34 kasus.
Kasus kekerasan terhadap perempuan,menurut dia, lebih banyak pada kasus hubungan suami istri, dalam hal penelantaran ekonomi, kasus hadirnya orang ketiga atau perselingkuhan.
“Artinya kata dia, lebih banyak kekerasan psikis, atau kejiwaan, disaat suami sudah punya idaman lain ataupun istri sudah punya pria lain, otomatis kekerasan psikis itu terjadi. Namun ada pula kekerasan-kekerasan secara fisik, yaitu memukul bagian tubuh, tetapi untuk orang dewasa lebih banyak kasus penelantaran, seperti tidak memberi nafkah terhadap istrinya.
“Apalagi, jika suami sudah menikah lagi, anak dan istri ditelantarkan.Kasus seperti ini banyak terjadi pada orang dewasa,” tuturnya
Lanjut ia mengatakan, ada sebagian korban kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ditangani langsung oleh pemberdayaan perempuan dan anak, yakni kekerasan terhadap perempuan. Akan tetapi kekerasan terhadap anak, apalagi kekerasan seksual, itu langsung berhubungan dengan pihak Kepolisian.
“Karena tata laksana ataupun prosedur dari penataan laksana kekerasan seksual terhadap anak harus ada visum,” katanya. Iwan Tj